Minggu, 30 Januari 2022

Pengap!

Bukan hanya karena tak berjendela,

Ketika hadir suara nyaring tak berisi pun 

Bisa mendapati rasa yang sama


Jika sesak  sebab tak berjendela 

Berdampak pada kesehatan

Ataupun menjadikan sekutu seluruh bau dalam satu ruang 

Yang hanya melahirkan lapuk yang berbau apek


Tidaklah sebanding dengan suara riuh yang hanya membuat jatuh

Yang hanya membantu runtuh

Semoga diselamatkan dari suara bising 

Jangan sampai roboh!


Sedikit renggangkan ruang di telinga mendengarkan, 

Dan menjadi sosok ibarat gelas kosong

Tak semata membuat kita berada dalam posisi hina

Terlebih menjadi-kan kita sosok yang terlihat ber-etika


Pada dasarnya yang terlihat

Menjadi suatu hal yang harapnya .. bernilai

Walau hanya batas yang tertangkap oleh mata

setidaknya ada pijakan


Rabu, 24 Juni 2020

Maaf atas Luka yang Kemarin



Maaf atas semua kata yang pernah tertuai dari lisan ini
Aku makhluk yang kerap menuai ikatan pada banyak sisi
Ternyata mudah saja hati ini berubah menjadi hal yang awalnya tak tergapai akal
.

Namun bukannya mengelak darisalah,
Ya memang beginilah.
Kenapa penetapan yang lalu dipercaya terlalu? Terhadap sosok jiwa yang gampang saja ingkar akan hal itu?
Yang tertuai dari lisan manusia yang gemar berbuat, tak seirama dengan kata
.
                         
Saat ini aku hendak melepas segala yang berbentuk pengharapan yang aku tuai kepada banyak pasang mata
Bahwa dasarnya aku hanya lah sosok penuai salah yang tak ada habisnya
Tak bisa lagi aku terus menerus menjalankan apa yang tak seiras dengan kata hati ini
Terlebih mengorbankan jiwa yang terkasih yang siap berada disisi kanan dan kiriku setiap waktu 
Aku tak bisa mendusta lagi pada mereka, sudah cukup!
.
                    
Sekarang aku berhak memilih atas apa yang aku anggap pantas!
Aku hendak menikmati cinta dari Sang Maha Segala, seutuhnya!
Tanpa menodai dengan membagi penikmatan ini dengan manusia yang sama saja fikirannya, yang tak ada habisnya tentang yang fana.
Aku sedang ingin menelusuri cinta dari Sang Maha Cinta
Yang mana bahkan yang tak mengimani nya saja tetap dikasihi nya dengan diberi makan dan kebahagiaan
.
                
Lalu mesti apa lagi sekarang? Selain menjalani kewajiban dengan tulus serta meraih cita dan angan yang terkasih
Terlebih pergi ketempat impian dengan niat baik untuk tak lepas membersamai juang.
Memenangkan jalan ini!
Tak apa sendiri, 
Namun tak kan mungkin perjuangan dijalan nan terjal ini dibiarkan sendiri terlebih oleh mereka yang memiliki cinta yang sama


Oleh: @_sssahiralbs

Rabu, 17 Juni 2020

Lahirnya Pewarta Rasa




Dia yang dulunya tak terbiasa memakai kaus kaki, sekarang menjadi sosok yang kalang kabut saat kaus kakinya hilang






Hai sahabat pewarta? sudah lama rasaanya kita saling berbagi cerita. Namun, aku belum juga memperkenalkan diri sebagai bentuk cinta atas si penulis dan pembaca, agar lebih terasa dan sampai apa-apa yang menjadi bahan perbincangan di blog amatiran Pewarta Rasa ini. 

Aku ialah wanita yang kini berusia kepala dua lebih satu bulan, Aku layaknya seorang manusia yang suka mengarang tulisan terlebih dengan sastra. Seno Gumira Atmaja dan W.S Rendra merupapakan sosok yang aku kagumi tulisannya. Fiersa Besari menjadi sosok unggul tulisan yang kerap aku baca saat ini. Awalnya aku hanyalah Wanita biasa, yang tak terlalu berfikir perihal hukum islam ataupun apa. Aku pernah menjalani apa-apa yang pernah dilakukan kaum awam no religius lainnya, bermain berkumpul membaur dengan semua orang baik pria sekalipun, beribadah hanya sekedarnya sahaja. Membaca alqur'an pun ialah hal langka. Namun rasanya lebih baik sekarang. aku terjebak berada di titik antar orang-orang baik. Bersyukur sekali rasanya.

Bukan membuat pernyataan perihal aku bukan lagi sosok orang awam, apalagi menjustifikasi sebagai sosok yang religius dan taat. Namun, pekara pembelajaran itu selalu ada. Aku sedang belajar menjadi sosok yang baik, jauh dari kata lalai terlebih nakal. Ya belajar saja, siapa tahu bisa. 

Baiklah, akan aku jelaskan. Mungkin ditiap lembaran tulisan yang akan aku bagikan di beranda ini akan berupa tulisan Prosa, sesekali puisi dan kadang juga akan berbagi cerita. Harapannya, semoga untu para pembaca pewarta ras membaca dengan penuh kebahagiaan, tanpa terpaksa. Baiklah! Aku akhiri, terima kasih

Sabtu, 04 Januari 2020

Siapa Yang Pantas?



Siapa yang pantas?


Kemajemukan yang ada itu merupakan salah satu mahakarya Allah SWT yang amat begitu indahnya. Dengan adanya perbedaan, kita terbentuk dan terlatih untuk mengendalikan, memahami dan saling berempati. Namun kadangkala banyak yang selalu saja memperdebatkan perbedaan. Perbedaan bukanlah suatu hal yang harus dikutuk. Namun, itu ialah hal yang perlu untuk disyukuri. Karena apa? karena kita diberi kebolehan untuk menuaikan pandangan masing-masing.

Jadilah kau segelas kosong katanya, diwaktu apa? Disaat kau sedang saling bertukar ilmu, atau menerima ilmu. Bukan menjadi batu yang keras seolah menganggap anggapmu ialah hal yang kerap benar adanya. Semakin berilmu seseorang, semakin renda hatilah ia. Semakin cerdas seseorang semakin sedikit ia berbicara.

Hal ini juga berbanding terbalik dengan pernyataan yang menyatakan bahwasanya, kalau saja semua orang cerdas bungkam, dan orang-orang yang tak berilmu bersuara maka akan terjadi kesenjangan yang signifikan. Lalu pertanyaannya sekarang siapa yang pantas menganggap atau menilai seseorang itu cerdas? Atau menilai seseorang itu tidak berilmu? Mari tanyakan pada tiap-tiap kita.

Stay humble, dan tetap rendah hati sahabat pewarta!














Senin, 21 Oktober 2019

Pentingkah?



diambil dari BT/BS Ad-dakwah

Apa yang kau anggap Penting, akan kau ingat bukan?

Hai para pewarta rasa yang selalu aku cintai dan aku yakini memiliki rasa, rasa iba mungkin? Iba untuk membaca akun yang tak kerap berkesinambungan ini. Baiklah, kita kembali ke topik yang tertera. Selamat membaca!


Aku ingat terakhir kali dimana aku letakkan duit kembalian angkot sepulang dari aktivitas seharian petang tadi. Aku ingat halaman berapa aku terakhir kali aku membaca buku lautan langit yang sampai sekarang tak kunjung selesai aku membacanya. Akupun belum lupa apa terakhir kali pesan ibu sebelum kembali ke kampung halaman jumat sore kemarin. Aku ingat!


Tapi aku lupa meletakkan KTM terakhir kali dimana, hingga benda itu hari ini hilang dan harus diurus kembali dan menambah ke sok sibukan wanita ini lagi. Aku lupa pukul berapa aku buang air besar kemarin. Aku tidak ingat apa makanan kesukaan-ku, karena hampir semua makanan aku makan, karena aku tidak ada pantangan. Terlihat bukan mana yang terlihat penting dan tidak.Didalam komunikasi pun kami diajari perihal apa apa yang diingat, berarti itu ialah hal yang dianggap penting. jadi kini, tanyaku. apakah kau dianggap penting? dan kau dianggap penting dengan karena atau tanpa karena? 

Senin, 04 Maret 2019

Ibu






Ibu

Ringkih sudah fisikmu.
Lemah sudah tenagamu.
Kusut sudah kulitmu.
Namun, merekah tetap senyummu.
Aku mencintaimu dengan teramat.
Tak pernah kuucapkan itu dengan lisan.
Begitu juga denganmu.
Tapi keyakinanku kuat tentang kasih sayang kita yang saling berbalas.

Perihal jarak







                                                                    Perihal Jarak

Jarak tidak bersalah atas rindumu yang kian menumpuk.
Tidak ada yang ingin menanggung kesalahan itu.
 Jadi, pesanku. Berhentilah menyalahkan jarak.
 Aku tuturkan sekali lagi padamu.
Jarak sama sekali tak ingin menjadi penghalang atas kau dan kerinduanmu.
Maka tuntaskanlah sebaik-baiknya denga caramu.
Problematika hidup, tak selalu tentang rindu.

             

Pengap!

Bukan hanya karena tak berjendela, Ketika hadir suara nyaring tak berisi pun  Bisa mendapati rasa yang sama Jika sesak  sebab tak berjendela...